Ajari Aku Berbeda (Gadis Bermuka Masam)

Kamis, 23 Oktober 2014



         Matahari telah bangun dari peradabannya. Dia terduduk di kursi sofa dan menyiapkan barang-barang untuk dia  bekerja. Dia pun siap-siap menuju kantor menggunakan transportasi umum. Namanya Anisa, biasanya orang memanggilnya Nisa. Wajahnya seperti mutiara yang memperindah dunia , matanya berembun mengandung sejuta kehidupan. Dia sangatlah rupawan, dikepalanya terdapat kain yang menutupi rambutnya. Tak hanya fisik yang rupawan tapi hatinya juga. Saat perjalanan dia bertemu dengan seorang wanita dengan rambut yang panjang, ia sangat cantik dan manis. Dia mengucapkan salam pada wanita.
‘’Assalamualaikum’’ Wajahnya berseri dan pipinya kemerahan.
‘’Waalaikumsalam’’ Dengan wajah yang masam
‘’Namamu siapa?’’ tersenyum manis pada wanita yang belum ia kenal.
‘’Haruskah aku menjawab pertanyaanmu?, aku tidak ada waktu untuk menjawab pertanyaanmu!!!’’ Sambil membentak dan memainkan ponselnya.
‘’Oh… Baiklah, tak apa kalau begitu. Aku hanya ingin berkenalan denganmu’’ dengan sedikit merasa bersalah.

Anisa hanya terdiam disebuah mobil umum yang berwarna hijau itu. Ia merasa bersalah kepada seorang wanita tersebut. Tak diduga wanita yang membentak Anisa adalah pegawai baru dikantornya. Saat itu mereka bersamaan turun dari mobil umum itu.
‘’Kamu kerja disini?’’ Tanya Anisa ramah.
‘’Iya, kamu juga?’’ Jawab wanita itu dengan wajah yang masam.
‘’Iya, aku menjadi penulis artikel di kantor Majalah ini, apakah kamu pegawai baru?. Sepertinya aku tak pernah melihatmu sebelumnya?’’ Tanya Anisa mengerutkan alisnya.
‘’Iya, saya pegawai baru’’ Ia masih saja bermuka masam pada Anisa ‘’Saya duluan, tidak ada gunanya saya banyak bicara dengan anda.’’  
Anisa hanya bersabar sambil melangkahkan kakinya menuju sebuah gedung bertingkat tempat ia bekerja. Apa salahku? Sepertinya aku tak pernah membuat kesalahan padanya aku hanya ingin berkenalan dengannya, ah entahlah, fikirnya. Anisa pun menaruh tas dang berkasnya dimeja. Saat itu juga Anisa membuat artikel.
‘’Anisa…’’. Anisa dipanggil oleh pimpinanya. Dia langsung cepat-cepat menuju ruangan pimpinanya. Dengan keringat dingin dan wajah yang murung.
‘’Selamat pagi Pak’’ dengan wajah yang hormat.
‘’Pagi, Anisa perkenalkan ini Nanda. Dia adalah pegawai baru dikantor ini.
Anisa menoleh kearah Nanda. Ia sangat kaget Nanda adalah wanita yang bermuka masam yang ia temui pagi tadi. Anisa mengerutkan alisnya.
‘’Iya Pak, lalu apa yang harus saya lakukan?’’
‘’Begini Nisa, Nanda sekarang satu staf denganmu, tolong ajarkan dia bagaimana cara menulis artikel yang baik dan benar. Karena dia masih pegawai baru dikantor ini’’. Wajah yang sangat tegas dan suaranya yang sangat lantang.
‘’Baiklah Pak’’ Wajah yang ramah.
Anisa pun mengajak Nanda keruangannya. Awalnya Nanda memang cuek padanya. Tak disangka Nanda meminta maaf pada Anisa tentang kejadian tadi pagi yang membuat Anisa bingung. Anisa pun memaafkannya. Saat itu Anisa mengajari Nanda  membuat artikel. Nanda merasa bingung dengan artikelnya. Dengan sabar Anisa mengajari Nanda. Jam istirahat kantor, Anisa menutup laptopnya dan mengajak Nanda untuk makan siang di kantin.
‘’Nan… Kekantin yuk?’’ dengan menjulurkan tangannya.
‘’Baiklah’’ dengan ramah pada Anisa
Sesampainya dikantin yang tak jauh dari kantornya. Nisa memesan makanan dikantin sambil menunggu hidangan tiba. Nanda berbicara kepada Anisa.
‘’Maafkan aku Anisa, aku merasa bersalah padamu. Ya walaupun tadi aku sudah meminta maaf padamu, tapi aku masih bersalah. Tak selayaknya aku memarahimu tadi’’ wajah yang murung dan memegang tangan Anisa.
‘’Tidak apa-apa. Mungkin saat itu juga aku terlalu memaksakan kehendak untuk berkenalan denganmu Nanda’’ dengan menjabat tangan Nanda.
‘’Terimakasih Nis, aku heran padamu. Kenapa kamu sangat sabar menghadapi aku tadi?. Banyak sekali orang yang memusuhiku karena aku yang… seperti itulah’’ nafasnya terisak.
‘’Aku sudah biasa menghadapi orang yang karakternya seperti kamu. Jadi ya, aku selalu berfikiran positif padamu. Kalau boleh aku tau, kenapa kamu tiba-tiba sering marah seperti itu, apakah itu sudah karaktermu?’’ wajah penasaran timbul pada Anisa. Sepertinya Anisa tahu kenapa dia menjadi temperamen seperti itu.
‘’Aku seperti ini semenjak orang tuaku bercerai Nis. Aku merasa sangat sedih dan sempat depresi, mereka bercerai semenjak aku berumur 6 tahun’’ mata Nanda berembun saat itu dan tak sadar Nanda menjatuhkan air matanya.
‘’Jadi begitu, sabar ya Nanda. Aku yakin pasti banyak hikmah yang kamu dapat dari semua ini.’’ Dengan mengelus bahu Nanda dan memberikan selembar tissue untuknya.
‘’Terimakasih Anisa’’ Nanda mengangkat pipinya dan menerima tissue.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ceritanya mengalir, lancar.

sekarang Surya coba tingkatkan tensi cerita pada cerpen berikutnya.

konflik yang terjadi pada cerpen diatas cukup datar. Resolusinya pun klise (minta maaf).

Coba pertajam konflik antara Nanda dan Nisa. Jangan terlalu cepat berdamai.

Dan yah, Nanda harus punya alasan yang lebih untuk bersikap masam. Perceraian ortu sepertinya klise dijadikan alasan seseorang untuk berkarakter buruk.

Itu pekerjaan rumah kamu selanjutnya.

Selamat tahun baru Islam :)

Unknown mengatakan...

Terimakasih kak. Oh ya.. cerita tersebut hanya sebagian kok kak... itu banyak part2nya. dan cerita itu belum selesai.

Iya kak... Terimakasih :)